BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Harga pasar saham suatu
perusahaan secara signifikan dipengaruhi oleh laba, risiko, dan spekulasi. Oleh
sebab itu, perusahaan yang labanya selalu mengalami kenaikan dari periode ke
periode secara konsisten akan mengakibatkan resiko perusahaan ini mengalami
penurunan lebih besar dibandingkan prosentase kenaikan laba.
Manajemen laba adalah
pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer untuk mencapai tujuan khusus.
Terdapat dua cara yang saling melengkapi dalam berfikir tentang manajemen laba.
Pertama, perilaku oportunistik manajemen untuk memaksimumkan mutulitasnya dalam
kompensasi, kontrak, dan kos politik. Kedua, perspektif kontrak efisien ketika
manajemen laba dilakukan untuk menguntungkan semua yang terlibat dalam kontrak.
Healy dan Wahlen
(1999), menyatakan bahwa definisi manajemen laba mengandung beberapa aspek.
Pertama intervensi manajemen laba terhadap pelaporan keuangan dapat dilakukan
dengan penggunaan judgment dan kedua tujuan manajemen laba untuk menyesatkan stakeholders
mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Hal ini muncul ketika manajemen memiliki
akses terhadap informasi yang tidak dapat diakses oleh pihak luar.
1.2 Rumusan
Masalah
a.
Apakah
yang dimaksud dengan manajemen laba ?
b.
Bagaimana
bukti manajemen laba untuk tujuan bonus ?
c.
Bagaimana
pola manajemen laba ?
d.
Bagaimana
metode yang dipakai dalam manajemen laba ?
e.
Bagaimana
kelebihan serta kekurangan dari manajemen laba ?
1.3 Tujuan
a.
Untuk
mendeskripsikan pengertian manajemen laba.
b.
Untuk
mengetahui bukti manajemen laba untuk tujuan bonus.
c.
Untuk
mengetahui pola manajemen laba.
d.
Untuk
mengetahui metode yang dipakai dalam manajemen laba
e.
Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan manajemen laba.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
MANAJEMEN LABA
2.1.1
Pengertian Manajemen
Laba
Ada alasan mendasar mengapa manajer melakukan
manajemen laba. Harga pasar saham suatu perusahaan secara signifikan
dipengaruhi oleh laba, risiko, dan spekulasi. Oleh sebab itu, perusahaan yang
labanya selalu mengalami kenaikan dari periode ke periode secara konsisten akan
mengakibatkan resiko perusahaan ini mengalami penurunan lebih besar
dibandingkan prosentase kenaikan laba.
Manajemen laba adalah pemilihan kebijakan akuntansi
oleh manajer untuk mencapai tujuan khusus. Terdapat dua cara yang saling
melengkapi dalam berfikir tentang manajemen laba. Pertama, perilaku
oportunistik manajemen untuk memaksimumkan mutulitasnya dalam kompensasi,
kontrak, dan kos politik. Kedua, perspektif kontrak efisien ketika manajemen
laba dilakukan untuk menguntungkan semua yang terlibat dalam kontrak. Manajemen
laba sebagai intervensi dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan
memperoleh beberapa kebutuhan pribadi. Manajemen laba terjadi ketika manajemen
menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi-transaksi
yang mengubah laporan keuangan hal ini bertujuan untuk menyesatkan para
stakeholder tentang kondisi kinerja ekonomi perusahaan, serta untuk
mempengaruhi penghasilan kontraktual yang mengendalikan angka akuntansi yang
dilaporkan.
Healy dan Wahlen (1999),
menyatakan bahwa definisi manajemen laba mengandung beberapa aspek. Pertama
intervensi manajemen laba terhadap pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan
penggunaan judgment, misalnya judgment yang dibutuhkan dalam
mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di masa depan untuk ditunjukan dalam
laporan keuangan, seperti perkiraan umur ekonomis dan nilai residu aktiva
tetap, tanggungjawab untuk pensiun, pajak yang ditangguhkan, kerugian piutang
dan penurunan nilai asset.
Disamping itu manajer memiliki pilihan untuk metode akuntansi, seperti
metode penyusutan dan metode biaya. Kedua,
tujuan manajemen laba untuk menyesatkan stakeholders mengenai kinerja
ekonomi perusahaan. Hal ini muncul ketika manajemen memiliki akses terhadap
informasi yang tidak dapat diakses oleh pihak luar.
2.1.2 Bukti Manajemen Laba
untuk Tujuan Bonus
Sebuah
catatan oleh Healy (1985) yang berjudul “The
Effect of Bonus Schemes on Accounting Decisions,” is a seminal investigation of
a contractual motivation for earnings management. Efek skema bonus
keputusan akuntansi adalah investigasi motivasi kontrak pengelolaan pendapatan.
Healy mengamati bahwa manajer memiliki informasi dari dalam pada pendapatan
bersih perusahaan sebelum pengelolaan pendapatan atau laba. Penelitian Healy
(1985) menggunakan pendekatan program bonus manajemen, yaitu bahwa manajer akan
memperoleh bonus secara positif ketika laba berada di antara batas bawah (bogey)
dan batas atas (cap). Ketika laba berada di bawah bogey manajer
tidak mendapatkan bonus, dan ketika laba berada diatas cap manajer hanya
mendapatkan bonus tetap.
Catatan
Healy didasarkan pada teori akuntansi positif. catatan tersebut mencoba untuk
menjelaskan dan meramalkan aneka pilihan para manajer penentu kebijakan
akuntansi. Lebih rinci, hal tersebut adalah suatu perluasan bonus untuk merencanakan
hipotesis, negara yang para manajer perusahaannya mendapatkan bonus akan
memaksimalkan laba. Dengan pemandangan lebih lekat di struktur pola bonus,
Healy sampai pada ramalan yang lebih spesifik bagaimana dan dalam keadaan apa para
manajer akan terlibat dalam manajemen laba jenis ini.
Alasan Bonus (bonus scheme). Adanya
asimetri informasi mengenai keuangan perusahaan menyebabkan pihak manajemen
dapat mengatur laba bersih untuk memaksimalkan bonus mereka. Motivasi bonus
merupakan dorongan manajer perusahaan dalam melaporkan laba yang diperolehnya
untuk memperoleh bonus yang dihitung atas dasar laba tersebut. Manajer
perusahaan dengan rencana bonus lebih mungkin menggunakan metode-metode
akuntansi yang meningkatkan income yang dilaporkan pada periode
berjalan.Studi Healy telah terbatas pada
perusahaan Rencana Ganti-Rugi siapa
didasarkan pada pendapatan neto dilaporkan sekarang saja. Ini disebut
rencana bonus untuk sisa bagian ini. Ketika kita lihat untuk BCE Inc. di Bagian
10.3, bonus tunai secara khas didasarkan pada pendapatan neto. Kita juga melihat
bahwa, karena alasan pengurangan risiko, pola bonus mempunyai nilai lebih.
Untuk kemungkinan pengendalian risiko yang mungkin berlebihan, mereka bisa juga
mempunyai solusi. Dalam contoh Healy, tidak semua rencana mempunyai solusi,
walaupun mereka semua mempunyai nilai lebih. Gambar menggambarkan pola bonus yang khas.
2.1.3
Motivasi Manajemen Laba
a. Motivasi Kontrak (other contractual motivations)
Motivasi kontrak muncul karena perjanjian
antara manajer dan pemilik perusahaan berbasis pada kompensasi manajerial dan
perjanjian hutang (debt covenant). Semakin tinggi rasio
hutang/ekuitas suatu perusahaan, yang
ekuivalen dengan semakin dekatnya (yaitu semakin ketat) perusahaan terhadap
kendala-kendala dalam perjanjian hutang dan semakin besar probabilitas
pelanggaran perjanjian, semakin mungkin manajer untuk menggunakan metode-metode
akuntansi yang meningkatkan income (Belkaoui, 2000). Kontrak
Hutang Jangka Panjang, semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggan hutang,
manajemen akan cenderung memilih prosedur akuntansi yang dapat ‘memindahkan’
laba periode mendatang ke periode berjalan, yang bertujuan untuk mengurangi
kemungkinan perusahaan mengalami technical
defauld (kegagalan dalam pelunasan hutang).
b.
Motivasi Politik (Political
Motivations)
Perusahaan besar yang menguasai
hajat hidup orang banyak akan cenderung menurunkan labanya untuk mengurangi
visibilitasnya, misalnya dengan menggunakan praktik atau prosedur akuntansi,
khususnya selama periode kemakmuran tinggi.
c.
Motivasi Pajak (Taxation
Motivations)
Salah satu insentif yang dapat
memicu manajer untuk melakukan rekayasa laba adalah keinginan untuk
meminimalkan pajak atau total pajak yang harus dibayarkan perusahaan. Hal ini
karena laba sering dijadikan landasan untuk mengambil keputusan, menyusun
kontrak maupun penilaian kinerja suatu manajer.
d.
Pergantian Chief
Executive Officer (Changes Of CEO)
Banyak motivasi yang timbul
disekitar waktu penggantian CEO. Contohnya, CEO yang mendekati masa pensiun
(tugas akhirnya) akan melakukan strategi memaksimalkan laba untuk meningkatkan
bonusnya.
e.
Awal Penawaran Publik (Initial Public Offerings)
Perusahaan yang baru pertama kali
menawarkan sahamnya dipasar modal belum memiliki harga pasar, sehingga terdapat
masalah bagaimana menetapkan nilai saham yang ditawarkan. Oleh karena itu,
informasi seperti laba bersih dapat digunakan sebagai sinyal kepada calon
investor tentang nilai perusahaan, sehingga manajemen perusahaan yang akan go
public cenderung melakukan manajemen laba untuk memperoleh harga lebih tinggi
atas sahamnya.
f.
Mengkomunikasikan Informasi ke Investor
Menggunakan manajemen laba sebagai informasi kepada para
investor .
2.1.4 Pola Manajemen Laba
Pola
manajemen laba dapat dilakukan dengan cara:
1) Taking
a Bath. Hal ini terjadi
selama periode pada saat terjadinya reorgenerasi, termasuk adanya pergantian
CEO baru. Jika manajer merasa
harus melaporkan kerugian, maka ia akan melaporkan dalam jumlah yang besar.
Dengan tindakan ini manajer berharap dapat meningkatkan laba yang akan datang
dan kesalahan atas kerugian perusahaan dapat dilimpahkan kepada manajer lama.
2)
Income Minimization. Cara ini mirip
dengan taking a bath tetapi lebih halus. Cara ini dilakukan pada saat profitabilitas
perusahaan sangat tinggi, sehingga jika periode yang akan datang diperkirakan
laba turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.
3) Income Maximization. Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income
maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan
bonus yang besar. Pola ini
dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelaggaran perjanjian hutang.
4) Income
Smoothing. Dilakukan
perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi
fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai
laba yang relatif stabil.
2.1.5 Metode Manajemen Laba
Manajemen laba dapat dilakukan melalui:
a. Pilihan metode
akuntansi
Prinsip akuntansi/SAK memberikan
kebebasan kepada penggunanya untuk memilih metode dan prosedur akuntansi
seseuai dengan kebutuhan dan kepentingannya. Seperti, kebebasan dalam memilih
metode LIFO, FIFO, atau rata-rata dalam menilai persediaan.
b. Penerapan
metode akuntansi
Setelah memilih metode akuntansi dan
menentukan nilai estimasi akuntansi sesuai dengan kepentingannya. Upaya ini
bisa dilakukan dengan mengelola dan mengatur labanya agar lebih
tinggi (income increasing),
merendahkan laba dari laba yang sesungguhnya (income decreasing), dan mengatur labanya relatif merata selama
beberapa periode (income smooting)
c. Waktu penerapan
metode akuntansi
Manajer juga memiliki kebebasan
untuk menentukan kebijakan kapan dan bagaimana suatu transaksi dan atau suatu
peristiwa diakui sebagai transaksi akuntansi yang diungkapkan dalam laporan
keuangan. Seperti kebijakan kapan aktiva yang rusak harus dihapus dalam
pembukuan atau dengan cara mengubah transaksi penjualan dari metode FOB Destination ke metode FOB Shipping point yang akan membuat
pendapatan lebih tinggi untuk periode yang bersangkutan.
d. Pemilihan waktu
Manajer
dapat memutuskan mempercepat atau memperlambat pengiriman barang dagangan
kepada konsumen untuk mempengaruhi pendapatan terakhir dan manajer dapat
memutuskan mengubah jadwal kompensasinya untuk mempengaruhi biaya kompensasi
diakui sebagai laba.
2.1.6 Kelebihan dari Manajemen
Laba
Dengan adanya manajemen laba maka
kualitas laba dapat meningkatkan return
(hasil akhir) saham dalam hubungannya dengan kenaikan laba. Laba juga bermanfaat dalam pengambilan
keputusan ekonomi, bisnis, atau investasi. Hal ini didukung oleh hasil-hasil
penelitian tentang berbagai aspek pengambilan keputusan investasi. Hasil
penelitian antara lain mengindikasi kualitas laba dapat mengurangi biaya modal
yang merupakan unsur penting dalam pengambilan keputusan investasi.
2.1.7 Kelemahan dari Manajemen
Laba
Hasil-hasil penelitian menunjukkan
bahwa laba tidak selalu berkualitas. Masih ada perusahaan yang mengelabui
pemakai laporan keuangan dengan mengubah estimasi akuntansi, sebenarnya mulai
membuat masalah yang sulit dihentikan, dan apabila mencapai titik nadir yang
akan menghancurkan perusahaan itu sendiri. Manajemen laba pada dasarnya
dilakukan dengan menggeser biaya sekarang menjadi biaya periode masa depan dan
pendapatan periode masa depan menjadi pendapatan sekarang agar laba yang
dilaporkan lebih tinggi dari laba sesungguhnya.
Sebaliknya, jika perusahaan
menginginkan laba yang dilaporkan lebih rendah dari laba sesungguhnya, maka
upaya yang dilakukan adalah menggeser biaya periode masa depan menjadi biaya
saat ini dan pendapatan saat ini menjadi pendapatan periode masa depan. Atau
dengan kata lain, perusahaan mempunyai pilihan untuk melaporkan apa yang
sesungguhnya terjadi atau merekayasa labanya menjadi lebih besar atau kecil.
Upaya mengubah metode akuntansi juga
tidak mudah untuk diketahui oleh pihak lain karena ketidakmampuan pihak-pihak
itu memahami laporan keuangan secara integral dan komprehensif. Oleh sebab itu,
seandainya perusahaan memang berniat mengelabui pemakai laporan keuangan maka
kecurangan inipun tidak mudah diketahui pemakai laporan keuangan. Pemakai
laporan keuangan tidak dapat memahami bahwa perusahaan sudah melakukan
kecurangan dalam melaporkan kinerja sehingga membuat harga saham perusahaan bersangkutan
stabil bahkan cenderung naik.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Manajemen laba adalah pemilihan kebijakan
akuntansi oleh manajer untuk mencapai tujuan khusus. Healy dan Wahlen (1999),
menyatakan bahwa definisi manajemen laba mengandung beberapa aspek. Pertama
intervensi manajemen laba terhadap pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan
penggunaan judgment, misalnya judgment yang dibutuhkan dalam
mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di masa depan untuk ditunjukan dalam
laporan keuangan, seperti perkiraan umur ekonomis dan nilai residu aktiva
tetap, tanggungjawab untuk pensiun, pajak yang ditangguhkan, kerugian piutang
dan penurunan nilai asset.
Disamping itu manajer memiliki pilihan untuk metode akuntansi, seperti
metode penyusutan dan metode biaya. Kedua, tujuan manajemen laba untuk menyesatkan stakeholders mengenai
kinerja ekonomi perusahaan. Hal ini muncul ketika manajemen memiliki akses
terhadap informasi yang tidak dapat diakses oleh pihak luar.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini
diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pengetian manajemen laba, bukti
manajemen laba untuk tujuan bonus, motivasi manajemen laba, pola manajemen
laba, metode manajemen laba, serta kelebihan dan kekurangan manajemen laba.
DAFTAR PUSTAKA
Scott,
R. William. 2003. Financial Accounting Theory. Prentise Hall
Sulistyanto,
Sri. 2008. Manajemen Laba Teori dan Model Empiris. PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia: Jakarta
No comments:
Post a Comment