MAKALAHKU: Makalah TEORI- TEORI DASAR SOSIOLOGI

SELAMAT DATANG DAN SEMOGA BERMANFAAT

Saturday, June 25, 2016

Makalah TEORI- TEORI DASAR SOSIOLOGI


TEORI-TEORI DASAR SOSIOLOGI
(Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengntar Sosiologi)
Disusun
Oleh:
Kelompok I
Brojo Hermanto





IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
JURUSAN FILSAFAT AGAMA
TAHUN AJARAN 2015
SEMESTER II

KATA PENGANTAR

510_10_0.bmp
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena berkat limpahan karunia serta rahmat-nya sehingga kita masih diberikan kekuatan, kesehatan dan petunjuknya dalam menjalani kehidupan yang fana ini. Solawat serta taslim semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga, sahabat, serta kita semua selaku umatnya sampai akhir Zaman.
Alhamdulilah, berkat petunjuk Allah Makalah Pengantar Sosiologi ini dapat selesai pada waktu yang sudah di tentukan. Dengan Hadirnya makalah ini ditengah-tengah kehidupan kita, terutama dikalangan Mahasiswa yang Haus dengan Ilmu maka makalah ini sedikit banyak akan bermanfaat serta menambah pengetahuan kita.
Ucapan terimakasih kami berikan kepada Bapak Arfanusi M.Fil.i., Selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Pengantar Sosiologi. Karena sudah mempercayakan makalah ini kepada kami. Dengan hadirnya tugas ini maka kami semakin Giat membuka buku. Terimakasih.


Gorontalo, 29 April 2015
Penyusun

Brojo Hermanto

DAFTAR ISI

Kata Pengantar > I
Daftar isi > ii
BAB I
a.       Latar Belakang........................................................................................... 1
b.      Rumusan Masalah....................................................................................... 1
c.       Tujuan......................................................................................................... 1
d.      Pembatasan Masalah................................................................................... 1
BAB II
a.       Paradigma Struktural fungsional............................................................... 2
b.      Paradigma Konflik.................................................................................... 4
c.       Paradigma Interaksi................................................................................... 5
BAB III
a.       Kesimpulan................................................................................................ 7
b.      Saran.......................................................................................................... 7
Daftar Pustaka > 8






PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang
Dewasa ini Dari berbagai aspek Kami melihat perkembangan Masyarakat. Dengan demikian masih Banyak Masyarakat yang Awam menganai pemahaman Teori-teori Dasar Sosiologi. Entah mengapa dewasa ini kebanyakan Orang tidak terlalu mementingkan mengenai Teori-teori perkembangan Masyarakat. Sehingga itu memacu Kami dan Memotifasi Kami untuk menghadirkan Makalah ini ditengah-tengah Masyarakat Kususnya kepada Mahasiswa.

PEMBAHASAN

A.      Paradigma Struktural Fungsional
Teori structural fungsional ini menjelaskan mengenai perubahan-perubahan yang ada di masyarakat, dan teori ini memiliki pengaruh yang sangat besar didalam ilmu sosial di abad sekarang ini (Robert Nisbet). Karena teori ini sudah ada buktinyata yaitu struktur maupun fungsi yang ada dalam masyarakat. Karena setiap masyarakat memiliki struktur yang mempunyai banyak lembaga, dan setiap lembaga memiliki fungsinya sendiri-sendiri.[1]
Seperti halnya Lembaga sekolah memiliki fungsi untuk mewariskan nilai-nilai pada generasi baru.
Lembaga keagamaan memiliki fungusi untuk mengatur setiap pemeluknya agar menjadi masyarakat yang penuh pengabdian serta untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Lembaga ekonomi memiliki fungsi untuk mengatur produksi dan distribusi barang-barang dan jasa-jasa dimasyarakat. Dan masih banyak lembaga-lembaga lain dimasyarakat yang memilki fungsi.[2]
George Ritzerdan Douglas J. Goodman mengatakan Dalam Fungsionalisme Struktural, istilah structural dan fungsional tidak harus selalu dihubungkan, meskipun biasanya kedua istilah ini sering dihubungkan.
Sederhananya kita dapat mempelajari Struktur masyarakat tanpa harus memperhatikan fungsinya dengan kata lain tidak harus memperhatikan akibatnya terhadap struktur lain, begitu pula kita dapat meneliti fungsi di berbagai proses social namun tidak memiliki struktur.[3]
Dapat kita ketahui bersama bahwa tidak ada masyarakat yang tidak terstratifikasi atau dengan kata lain tidak ada kelas samasekali. Ada sebuah ungkapan, mengapa harus ada stratifikasi?
Karena stratifikasi ialah keharusan fungsional. Fungsional dalam hal ini ialah bagaimana cara masyarakat memotivasi individu lain untuk menempatkan pada posisi mereka yang ‘tepat’. Tetapi ada sebuah keritik yang mendasar menurut saya Stratifikasi structural fungsional hanya akan melanggengkan posisi istimewa orang-orang yang memiliki; kekuasaa, prestasi dan uang. Teori structural fungsional juga dapat di keritik karena teori ini sudah ada sejak masalalu dan akan tetap ada dimasa yang akan dating padahal masa yang akan datang mungkin tidak lagi ditata oleh stratifikasi karena bias ditata oleh cara yang lain.[4]
Selain itu sulit mendukung adanya tentang fungsional arti pentingnya yang ada dalam masyarakat. Sederhananya apakah orang yang memiliki pekerjaan mengumpulkan sampah itu benar-benar tidak penting dalam kelangsungan hidup masyarakat, dibandingkan dengan manajer periklanan. Meskipun memungut sampah itu pekerjaan yang bergengsi lebih rendah dan bergaji lebih kecil tetapi sebenarnya lebih penting dalam kelangsungan hidup dalam masyarakat, dalam studi kasus dimana posisi yang lebih besar arti pentingnya, namun gaji besar tidak selamanya untuk posisi yang lebih penting.
Dalam Fungsionalisme Struktural ini Merton menggungkapkan sederhananya, Masyarakat kulturnya menekankan pada kesuksesan material. Tetapi karena posisi mereka didalam struktur social banyak orang yang tercegah untuk mencapai kesuksesan material. Jika seseorang terlahir dengan tingkat sosioekonomi yang lebih rendah dan hanya mampu menyelesaikan tingkat pendidikan terbaik di sekolah menengah, maka peluang orang itu untuk mencapai kesuksesan ekonomi menurut kesuksesan yang diterima secara umum (misalnya, melalui kesuksesan dilapangan kerja konvensional) itu sangat tipis atau tidak ada sama sekali. Anomie dapat dikatakan ada, dan sebagai akibatnya terdapat kecendrungan kearah perilaku penyimpangan. Dalam penyimpangan seperti ini terkadang orang sering mengambil alternative dalam penyimpangan seperti ini terkadang dalam bentuk illegal dalam mencapai kesuksesan ekonomi, sederhananya penyaluran obat-obatan terlarang, menjadi pelacur dan lain sebagainya.[5]
Kritik Fungsionalisme Struktural dalam hal ini ialah dikala kecaman terdahulu tertuju pada ketidak mampuan Fungsionalisme Struktural menjelaskan masalalu, maka kritik masalah sekarang ialah Fungsionalisme Struktural tidak mampu menjelaskan proses perubahan sosial yang ada pada masakini. Dan seolah-olah Fungsionalisme Struktural ini pada dasarnya kabur, tidak jelas dan bermakna ganda.[6]

B.       Paradigma Konflik
Teori konflik ini berasal dari berbagai sumber lain seperti teori Marxian dan pemikiran Konflik teori Sosial dari Simmel. George Ritzer dan Douglas J. Goodman mengatakan pada1950-an dan 1960-an, teori menyediakan alternative terhadap Fungsionalisme Struktural, namun dalam beberapa tahun terakhir digantikan oleh berbagai macam teori neo-Marxian. Kontribusi utama teori konflik ialah meletakan landasan kepada teori-teori pemikiran Marx. Masalah dalam teori konflik ialah teori ini tidak pernah berhasil memisahkan dirinya dari akar Struktural Fungsional. Teori ini merupakan teori sejenis dengan teori Fungsionalisme Struktural yang angkuh ketimbang teori yang benar-benar berpandangan kritis terhadap masyarakat.[7]
Teori konflik ini memandang bahwa adanya kemiskinan didunia ketiga itu sebagai akibat perkembangan kapitalis didunia barat, kemiskinan disebagian besar umat manusia itu merupakan tumbal kejayaan masyarakat kapitalis, negara-negara ‘berkembang’ sekarang dijadikan sebagai sapi perah bagi para negara-negara barat. Oleh sebab itu teori ini seperti yang disuarakan oleh Randall Collins, Dahrendorf, John Galtung, bahwa kalau negara-negara sedang berkembang dan ingin maju maka harus mampu melepaskan dan memutuskan hubungan dengan negara-negara kapitalis.
Teori konflik ini meskipun sangat ringkih, namun mendapat dukungan yang luas, terutama dikalangan intelektual muda, dikalangan negara yang sedang berkembang, juga dinegara barat sendiri, karena disarankan teori analisis ini sangat tepat untuk membedah kemiskinan didunia ketiga, sederhananya, perkembangan pendidikan hanya merupakan suatu proses awal Stratifikasi Sosial yang cenderung selama ini memperkuat posisi kaum yang memiliki keistimewaan.[8]

C.      Paradigma Interaksi
Paradigma interaksi ialah teorisosial yang saling berhubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok.
Paradigma interaksi dapat digolongkan menjadi beberapa golongan antara lain:
a.    Teori Intraksi Simbolisme
Masalah yang senantiasa menggelitik para ilmuwan social adalah bagaimanakah interaksi antara individu kepada masyarakat bisa merubah perilaku individu dan kelak akan membawa perubahan bagi masyarakat secara keseluruhan. Bagaimanakah individu yang selalu bercermin kepa dan individu yang lain?
Helbert Blumert menjawab pertanyaan tersebut, yaitu mempelajari bagaimana setiap individu berkembang secara social sebagai akibat partisipasinya dalam kehidipan bermasyarakat.
Sebagian besar analisis itu merupakan perhubungan antar individu dalam ukuran kecil. Individu dipandang sebagai pembentuk aktif dari wataknya sendiri yang menafsirkan, mengevaluasi, menentukan dan merencanakan perbuatannya sendiri, lebih dari pada sekedar makhluk pasif yang dipaksa oleh kekuatan dari luar. Interaksi simbolis juga menekankan proses dengan mana individu mengambil keputusan dan mengeluarkan pendapat.
b.    Intraksi Diri
Karena membicarakan apa yang “aneh dalam pengalaman’’, maka mead menawarkan kepada para ahli ilmu social suatu perspektif yang memungkinkan mereka menganalisis tingkahlaku yang “takteratur’’ dan takterpengaruh oleh konvensi yang telah ada sebelumnya.
Perbuatan manusia terbentuk melalui interaksi diri, yang di dalam prosedurnya pemegang peranan dapat mencatat dan menilai setiap sifat dari situasinya, atau setiap sifat keterlibatannya dalam perbuatan itu. Perbuatan itu terbentuk melalui proses intraksi diri tanpa mempertimbangkan apakah pembentukan tersebut dilakukan secara baik atau buruk pengalaman proses intraksi diri ini memberikan kaset pada perbuatannya itu, perbuatan itu dapat dihentikan, dicegah, ditinggalkan, dimanfaatkan, ditangguhkan, diintensifkan, disembunyikan, ditampungataudiarahkankembali.[9]

KESIMPULAN

Dalam menghadapi masalah sosial, dan dalam menggunakan teori sosiologi sekiranya kita tidak harus menilai terlebih dahulu salah atau benarnya suatu masalah, dan kita tidak boleh menggunakan penilaian subjektif, kita sadari bahwa paradikma fungsional struktural itu merupakan teori yang tidak bisa memecahkan masalah, teori yang memiliki dua kepribadian atau dengan kata lain paradigma ganda, sedangkan teori konflik itu merupakan teori yang tidak memperhatikan stabilitas sosial, yang tidak memperhatiakan lingkungan sosial. Sedangkan paradigma interaksi ialah teori yang menghubungkan tau teori penghubung dalam kehidupan sosial yang tidak mempertimbangkan salah atau benarnya suatu intraksi. Dari ketiga paradigma tersebut maka kami mengambil kesimpulan bahwa dalam kehidupan sosial kita harus memperhatikan ketiga-tinganya.

DAFTAR PUSTAKA

Ritzer, G dan Goodman, J. 2004.  Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Kencana,)
Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Politik (Padang: Kencana Prenada Media Group,)
 Zamproni. 1992.  Pengantar Pengembangan Teori Sosial (Jakarta: PT Tiara Wacana,)
Soekanto, S. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar(Jakarta: Rajawali Pers,)
Henslin dan James. 2006. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi, (Jakarta: Erlangga,)





[1] Damsar, PengantarSosiologiPolitik(Padang: KencanaPrenada Media Group, Mei 2011). Hlm. 78.
[2]Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar(Jakarta: Rajawali Pers, 2012). Hlm. 54.

[3]George Ritzer, Douglas J. Goodman, TeoriSosiologi Modern (Jakarta: Kencana, 2004). Hlm. 145.
[4]Henslin, James. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi,(Jakarta: Erlangga, 2006). Hlm. 97.

[5]Damsar, PengantarSosiologiPolitik(Padang: KencanaPrenada Media Group, Mei 2011). Hlm. 67.
[6]Zamproni, PengantarPengembanganTeoriSosial(Jakarta: PT Tiara Wacana, Januari 1992). Hlm. 122.

[7]George Ritzer, Douglas J. Goodman, TeoriSosiologi Modern (Jakarta: Kencana, 2004). Hlm. 206.

[8]George Ritzer, Douglas J. Goodman, TeoriSosiologi Modern (Jakarta: Kencana, 2004). Hlm. 119.

[9]Zamproni, PengantarPengembanganTeoriSosial(Jakarta: PT Tiara Wacana, Januari 1992). Hlm. 83.

No comments: