MAKALAHKU

SELAMAT DATANG DAN SEMOGA BERMANFAAT

Tuesday, April 17, 2018

MAKALAH TEORI AKUNTANSI MENEJEMEN LABA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Harga pasar saham suatu perusahaan secara signifikan dipengaruhi oleh laba, risiko, dan spekulasi. Oleh sebab itu, perusahaan yang labanya selalu mengalami kenaikan dari periode ke periode secara konsisten akan mengakibatkan resiko perusahaan ini mengalami penurunan lebih besar dibandingkan prosentase kenaikan laba.
Manajemen laba adalah pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer untuk mencapai tujuan khusus. Terdapat dua cara yang saling melengkapi dalam berfikir tentang manajemen laba. Pertama, perilaku oportunistik manajemen untuk memaksimumkan mutulitasnya dalam kompensasi, kontrak, dan kos politik. Kedua, perspektif kontrak efisien ketika manajemen laba dilakukan untuk menguntungkan semua yang terlibat dalam kontrak.
Healy dan Wahlen (1999), menyatakan bahwa definisi manajemen laba mengandung beberapa aspek. Pertama intervensi manajemen laba terhadap pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan penggunaan judgment dan kedua tujuan manajemen laba untuk menyesatkan stakeholders mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Hal ini muncul ketika manajemen memiliki akses terhadap informasi yang tidak dapat diakses oleh pihak luar.
1.2  Rumusan Masalah
a.       Apakah yang dimaksud dengan manajemen laba ?
b.      Bagaimana bukti manajemen laba untuk tujuan bonus ?
c.       Bagaimana pola manajemen laba ?
d.      Bagaimana metode yang dipakai dalam manajemen laba ?
e.       Bagaimana kelebihan serta kekurangan dari manajemen laba ?
1.3  Tujuan
a.       Untuk mendeskripsikan pengertian manajemen laba.
b.      Untuk mengetahui bukti manajemen laba untuk tujuan bonus.
c.       Untuk mengetahui pola manajemen laba.
d.      Untuk mengetahui metode yang dipakai dalam manajemen laba
e.       Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan manajemen laba.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 MANAJEMEN LABA
2.1.1 Pengertian Manajemen Laba
                 Ada alasan mendasar mengapa manajer melakukan manajemen laba. Harga pasar saham suatu perusahaan secara signifikan dipengaruhi oleh laba, risiko, dan spekulasi. Oleh sebab itu, perusahaan yang labanya selalu mengalami kenaikan dari periode ke periode secara konsisten akan mengakibatkan resiko perusahaan ini mengalami penurunan lebih besar dibandingkan prosentase kenaikan laba.
                 Manajemen laba adalah pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer untuk mencapai tujuan khusus. Terdapat dua cara yang saling melengkapi dalam berfikir tentang manajemen laba. Pertama, perilaku oportunistik manajemen untuk memaksimumkan mutulitasnya dalam kompensasi, kontrak, dan kos politik. Kedua, perspektif kontrak efisien ketika manajemen laba dilakukan untuk menguntungkan semua yang terlibat dalam kontrak. Manajemen laba sebagai intervensi dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan memperoleh beberapa kebutuhan pribadi. Manajemen laba terjadi ketika manajemen menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi-transaksi yang mengubah laporan keuangan hal ini bertujuan untuk menyesatkan para stakeholder tentang kondisi kinerja ekonomi perusahaan, serta untuk mempengaruhi penghasilan kontraktual yang mengendalikan angka akuntansi yang dilaporkan.
                 Healy dan Wahlen (1999), menyatakan bahwa definisi manajemen laba mengandung beberapa aspek. Pertama intervensi manajemen laba terhadap pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan penggunaan judgment, misalnya judgment yang dibutuhkan dalam mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di masa depan untuk ditunjukan dalam laporan keuangan, seperti perkiraan umur ekonomis dan nilai residu aktiva tetap, tanggungjawab untuk pensiun, pajak yang ditangguhkan, kerugian piutang dan penurunan nilai asset.  Disamping itu manajer memiliki pilihan untuk metode akuntansi, seperti metode penyusutan dan metode biaya. Kedua, tujuan manajemen laba untuk menyesatkan stakeholders mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Hal ini muncul ketika manajemen memiliki akses terhadap informasi yang tidak dapat diakses oleh pihak luar.
2.1.2 Bukti Manajemen Laba untuk Tujuan Bonus
            Sebuah catatan oleh Healy (1985) yang berjudul “The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decisions,” is a seminal investigation of a contractual motivation for earnings management. Efek skema bonus keputusan akuntansi adalah investigasi motivasi kontrak pengelolaan pendapatan. Healy mengamati bahwa manajer memiliki informasi dari dalam pada pendapatan bersih perusahaan sebelum pengelolaan pendapatan atau laba. Penelitian Healy (1985) menggunakan pendekatan program bonus manajemen, yaitu bahwa manajer akan memperoleh bonus secara positif ketika laba berada di antara batas bawah (bogey) dan batas atas (cap). Ketika laba berada di bawah bogey manajer tidak mendapatkan bonus, dan ketika laba berada diatas cap manajer hanya mendapatkan bonus tetap.
            Catatan Healy didasarkan pada teori akuntansi positif. catatan tersebut mencoba untuk menjelaskan dan meramalkan aneka pilihan para manajer penentu kebijakan akuntansi. Lebih rinci, hal tersebut adalah suatu perluasan bonus untuk merencanakan hipotesis, negara yang para manajer perusahaannya mendapatkan bonus akan memaksimalkan laba. Dengan pemandangan lebih lekat di struktur pola bonus, Healy sampai pada ramalan yang lebih spesifik bagaimana dan dalam keadaan apa para manajer akan terlibat dalam manajemen laba jenis ini.
            Alasan Bonus (bonus scheme). Adanya asimetri informasi mengenai keuangan perusahaan menyebabkan pihak manajemen dapat mengatur laba bersih untuk memaksimalkan bonus mereka. Motivasi bonus merupakan dorongan manajer perusahaan dalam melaporkan laba yang diperolehnya untuk memperoleh bonus yang dihitung atas dasar laba tersebut. Manajer perusahaan dengan rencana bonus lebih mungkin menggunakan metode-metode akuntansi yang meningkatkan income yang dilaporkan pada periode berjalan.Studi Healy telah terbatas pada perusahaan Rencana Ganti-Rugi siapa   didasarkan pada pendapatan neto dilaporkan sekarang saja. Ini disebut rencana bonus untuk sisa bagian ini. Ketika kita lihat untuk BCE Inc. di Bagian 10.3, bonus tunai secara khas didasarkan pada pendapatan neto. Kita juga melihat bahwa, karena alasan pengurangan risiko, pola bonus mempunyai nilai lebih. Untuk kemungkinan pengendalian risiko yang mungkin berlebihan, mereka bisa juga mempunyai solusi. Dalam contoh Healy, tidak semua rencana mempunyai solusi, walaupun mereka semua mempunyai nilai lebih. Gambar  menggambarkan pola bonus yang khas.
2.1.3        Motivasi Manajemen Laba
a.       Motivasi Kontrak (other contractual motivations)
Motivasi kontrak muncul karena perjanjian antara manajer dan pemilik perusahaan berbasis pada kompensasi manajerial dan perjanjian hutang (debt covenant). Semakin tinggi rasio hutang/ekuitas  suatu perusahaan, yang ekuivalen dengan semakin dekatnya (yaitu semakin ketat) perusahaan terhadap kendala-kendala dalam perjanjian hutang dan semakin besar probabilitas pelanggaran perjanjian, semakin mungkin manajer untuk menggunakan metode-metode akuntansi yang meningkatkan income (Belkaoui, 2000). Kontrak Hutang Jangka Panjang, semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggan hutang, manajemen akan cenderung memilih prosedur akuntansi yang dapat ‘memindahkan’ laba periode mendatang ke periode berjalan, yang bertujuan untuk mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami technical defauld (kegagalan dalam pelunasan hutang).
b.      Motivasi Politik (Political Motivations)
            Perusahaan besar yang menguasai hajat hidup orang banyak akan cenderung menurunkan labanya untuk mengurangi visibilitasnya, misalnya dengan menggunakan praktik atau prosedur akuntansi, khususnya selama periode kemakmuran tinggi.
c.       Motivasi Pajak (Taxation Motivations)
            Salah satu insentif yang dapat memicu manajer untuk melakukan rekayasa laba adalah keinginan untuk meminimalkan pajak atau total pajak yang harus dibayarkan perusahaan. Hal ini karena laba sering dijadikan landasan untuk mengambil keputusan, menyusun kontrak maupun penilaian kinerja suatu manajer.
d.      Pergantian Chief Executive Officer (Changes Of CEO)
            Banyak motivasi yang timbul disekitar waktu penggantian CEO. Contohnya, CEO yang mendekati masa pensiun (tugas akhirnya) akan melakukan strategi memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonusnya.
e.       Awal Penawaran Publik (Initial Public Offerings)
            Perusahaan yang baru pertama kali menawarkan sahamnya dipasar modal belum memiliki harga pasar, sehingga terdapat masalah bagaimana menetapkan nilai saham yang ditawarkan. Oleh karena itu, informasi seperti laba bersih dapat digunakan sebagai sinyal kepada calon investor tentang nilai perusahaan, sehingga manajemen perusahaan yang akan go public cenderung melakukan manajemen laba untuk memperoleh harga lebih tinggi atas sahamnya.
f.       Mengkomunikasikan Informasi ke Investor
            Menggunakan manajemen laba sebagai informasi kepada para investor .
2.1.4 Pola Manajemen Laba
                 Pola manajemen laba dapat dilakukan dengan cara:
1)      Taking a Bath. Hal ini terjadi selama periode pada saat terjadinya reorgenerasi, termasuk adanya pergantian CEO baru. Jika manajer merasa harus melaporkan kerugian, maka ia akan melaporkan dalam jumlah yang besar. Dengan tindakan ini manajer berharap dapat meningkatkan laba yang akan datang dan kesalahan atas kerugian perusahaan dapat dilimpahkan kepada manajer lama.
2)      Income Minimization. Cara ini mirip dengan taking a bath tetapi lebih halus. Cara ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi, sehingga jika periode yang akan datang diperkirakan laba turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.
3)      Income Maximization. Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelaggaran perjanjian hutang.
4)      Income Smoothing. Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

2.1.5 Metode Manajemen Laba
      Manajemen laba dapat dilakukan melalui:
a. Pilihan metode akuntansi
            Prinsip akuntansi/SAK memberikan kebebasan kepada penggunanya untuk memilih metode dan prosedur akuntansi seseuai dengan kebutuhan dan kepentingannya. Seperti, kebebasan dalam memilih metode LIFO, FIFO, atau rata-rata dalam menilai persediaan.
b. Penerapan metode akuntansi
            Setelah memilih metode akuntansi dan menentukan nilai estimasi akuntansi sesuai dengan kepentingannya. Upaya ini bisa dilakukan dengan mengelola dan mengatur labanya agar lebih tinggi (income increasing), merendahkan laba dari laba yang sesungguhnya (income decreasing), dan mengatur labanya relatif merata selama beberapa periode (income smooting)
c. Waktu penerapan metode akuntansi
            Manajer juga memiliki kebebasan untuk menentukan kebijakan kapan dan bagaimana suatu transaksi dan atau suatu peristiwa diakui sebagai transaksi akuntansi yang diungkapkan dalam laporan keuangan. Seperti kebijakan kapan aktiva yang rusak harus dihapus dalam pembukuan atau dengan cara mengubah transaksi penjualan dari metode FOB Destination ke metode FOB Shipping point yang akan membuat pendapatan lebih tinggi untuk periode yang bersangkutan.
d. Pemilihan waktu    
            Manajer dapat memutuskan mempercepat atau memperlambat pengiriman barang dagangan kepada konsumen untuk mempengaruhi pendapatan terakhir dan manajer dapat memutuskan mengubah jadwal kompensasinya untuk mempengaruhi biaya kompensasi diakui sebagai laba.
2.1.6 Kelebihan dari Manajemen Laba
            Dengan adanya manajemen laba maka kualitas laba dapat meningkatkan return (hasil akhir) saham dalam hubungannya dengan kenaikan laba. Laba juga bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi, bisnis, atau investasi. Hal ini didukung oleh hasil-hasil penelitian tentang berbagai aspek pengambilan keputusan investasi. Hasil penelitian antara lain mengindikasi kualitas laba dapat mengurangi biaya modal yang merupakan unsur penting dalam pengambilan keputusan investasi.


2.1.7 Kelemahan dari Manajemen Laba
            Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa laba tidak selalu berkualitas. Masih ada perusahaan yang mengelabui pemakai laporan keuangan dengan mengubah estimasi akuntansi, sebenarnya mulai membuat masalah yang sulit dihentikan, dan apabila mencapai titik nadir yang akan menghancurkan perusahaan itu sendiri. Manajemen laba pada dasarnya dilakukan dengan menggeser biaya sekarang menjadi biaya periode masa depan dan pendapatan periode masa depan menjadi pendapatan sekarang agar laba yang dilaporkan lebih tinggi dari laba sesungguhnya.
            Sebaliknya, jika perusahaan menginginkan laba yang dilaporkan lebih rendah dari laba sesungguhnya, maka upaya yang dilakukan adalah menggeser biaya periode masa depan menjadi biaya saat ini dan pendapatan saat ini menjadi pendapatan periode masa depan. Atau dengan kata lain, perusahaan mempunyai pilihan untuk melaporkan apa yang sesungguhnya terjadi atau merekayasa labanya menjadi lebih besar atau kecil.
            Upaya mengubah metode akuntansi juga tidak mudah untuk diketahui oleh pihak lain karena ketidakmampuan pihak-pihak itu memahami laporan keuangan secara integral dan komprehensif. Oleh sebab itu, seandainya perusahaan memang berniat mengelabui pemakai laporan keuangan maka kecurangan inipun tidak mudah diketahui pemakai laporan keuangan. Pemakai laporan keuangan tidak dapat memahami bahwa perusahaan sudah melakukan kecurangan dalam melaporkan kinerja sehingga membuat harga saham perusahaan bersangkutan stabil bahkan cenderung naik.
     










BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen laba adalah pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer untuk mencapai tujuan khusus. Healy dan Wahlen (1999), menyatakan bahwa definisi manajemen laba mengandung beberapa aspek. Pertama intervensi manajemen laba terhadap pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan penggunaan judgment, misalnya judgment yang dibutuhkan dalam mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di masa depan untuk ditunjukan dalam laporan keuangan, seperti perkiraan umur ekonomis dan nilai residu aktiva tetap, tanggungjawab untuk pensiun, pajak yang ditangguhkan, kerugian piutang dan penurunan nilai asset.  Disamping itu manajer memiliki pilihan untuk metode akuntansi, seperti metode penyusutan dan metode biaya. Kedua, tujuan manajemen laba untuk menyesatkan stakeholders mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Hal ini muncul ketika manajemen memiliki akses terhadap informasi yang tidak dapat diakses oleh pihak luar.

3.2 Saran
            Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pengetian manajemen laba, bukti manajemen laba untuk tujuan bonus, motivasi manajemen laba, pola manajemen laba, metode manajemen laba, serta kelebihan dan kekurangan manajemen laba.

DAFTAR PUSTAKA
Scott, R. William. 2003. Financial Accounting Theory. Prentise Hall
Sulistyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba Teori dan Model Empiris. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia: Jakarta