MAKALAHKU: HAKEKAT PENDIDIKAN DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

SELAMAT DATANG DAN SEMOGA BERMANFAAT

Tuesday, July 25, 2017

HAKEKAT PENDIDIKAN DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

NAMA                       : BROJO HERMANTO
SEMESTER              : V (LIMA)
JURUSAN                 : FILSAFAT AGAMA
MATAKULIAH       : FILSAFAT PENDIDIKAN

HAKEKAT PENDIDIKAN DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
A.    HAKEKAT PENDIDIKAN
Sebelum lebih jauh membahas persoalan hakekat pendidikan, maka dipandang perlu mengemukakan pengertian pendidikan. Oleh beberapa pakar pendidikan telah memberikan pengertian pendidikan: Hasan Langgulung misalnya mengatakan, pendidikan dalam pengertian luas, suatu proses mengubah dan mentransfer nilai-nilai kebudayaan kepada setiap individu dalam masyarakat. Sementara Soegondo mengatakan, pendidikan adalah upaya sadar dan sengaja dari orang dewasa dengan menggunakan sejumlah cara dan metode menanamkan kesadaran untuk bersikap obyektif dan penuh tanggung jawab atas aktivitasnya.
Sekalipun redaksional berbeda, namun subtansi dari tataran tantang pendidikan mempunyai titik temu. Korelasi dari pendapat tersebut adalah bahwa dalam interaksi pendidikan, terdapat aktivitas transfer ilmu dari satu orang kepada orang lain dengan menggunakan cara yang utuh dan terencana. Sebab bila suatu interaksi pendidikan dilakukan tanpa perencanaan yang maksimal, maka dapat dipastikan bahwa tidak dapat mencapai hasil maksimal. Sehingga dalam dunia pendidikan dikenal adanya perenecanaan yang matang dan sistimatis.
Dalam konferensi dunia tentang pendidikan Islam pertama di Mekah tahun 1977 telah merekomendasikan pendidikan Islam secara makro adalah suatu upaya menyatukan konsep tarbiyahta’l³m,dan ta’b³d. Sekalipun penggunaan-penggunaan ketiga istilah tersebut masih terdapat silang pendapat. Namun penggunaan istilah ta’b³d dalam dunia pendidikan Islam dianggap paling tepat. Ta’b³d adalah istilah yang sangat tepat dalam dunia pendidikan, sebab pada dasarnya pendidikan Islam bukan hanya transformasi ilmu pengetahuan dan budaya, tapi lebih dari itu esensi dari pendidikan Islam adalah penanaman nilai-nilai adab dan moral, serta perilaku yang sportif dan bertanggung jawab pada individu Muslim yang pada akhirnya bermuara pada peradaban Islam.
Pada prinsipnya Islam mengakui pada diri manusia terdapat potensi untuk berbuat baik sekaligus berbuat jahat. Sehingga Islam berusaha mengarahkan potensi tersebut dalam koridor agama, usaha ke arah tersebut bukan hanya perpindahan sejumlah teori ilmu pengetahuan, tapi lebih dari itu juga adalah penanaman nilai-nilai moral. Sejalan dengan itu, hakekat pendidikan pada dasarnya adalah mewariskan nilai-nilai Islami yang menjadi penuntun dalam melakoni aktivitasnya yang sekaligus sarana untuk membentuk peradaban manusia.
Sebab pendidikanlah yang dapat merobah peradaban manusia, tanpa usaha pendidikan. Diyakini bahwa manusia dekade sekarang tidak akan merancang masa depan dengan baik. Secara ekstrim dapat dikatakan bahwa maju mundurnya suatu masyarakat manusia, sangat ditentukan pada berkualitas tidaknya pendidikannya. Pendidikan Islam yang memiliki corak spesifik, maka pendidikan Islam pada hakekatnya berorientasi pada nilai-nilai saences ilahiyah. Sehingga muatannya adalah menggiring anak didik untuk lebih mengenal Tuhannya.
Manusia sebagai khalifah, memang dituntut tanggung jawab moral untuk memiliki integritas pribadi sebagai ciri mukmin yang berpendidikan. Dengan integritas pribadi yang tinggi, manusia terdidik merasa terpanggil untuk berbuat lebih maksimal untuk memperbaiki taraf hidupnya serta masyarakat di sekitarnya. Hal ini sangat beralasan, karena orientasi pendidikan Islam adalah mengantarkan anak didik ke arah kehidupan yang lebih baik.
Dengan demikian, maka pendidikan dapat dipahami bahwa hakikat pendidikan Islam adalah penanaman nilai-niali spritual. Sebab dengan pendidikan Islam, diharapkan lahir manusia muslim yang berpengetahuan yang antara satu dengan lainnya saling membantu. Dengan pendidikan Islam yang optimal dapat ditemukan keseimbangan dalam pribadi muslim, sehingga antara satu dengan lainnya dapat mengetahui peran masing-masing.
Sejalan dengan itu, M.Arifin mengatakan bahwa hakikat pendidikan pada dasarnya adalah usaha transformasi ilmu pengetahuan dan pembinaan orang dewasa beranak didik secara sadar dan terencana, untuk mengarahkan anak didik dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak dalam lembaga pendidikan, baik pendidikan formal maupun non-formal.
Pendidikan Islam pada dasarnya adalah upaya manusia yang terstruktur dan terencana, sehingga dapat membentuk pribadi muslim yang berkualitas. Sejalan dengan itu pendidikan Islam tidak hanya berorientasi pada aspek pengetahuan saja, tapi lebih dari itu aspek moral dan religi juga menjadi prioritas utama hal ini sejalan dengan QS al-Muj±dalah (50): 11
… يرفع الله الذين آمنوا منكم والذين أوتوا لعلم درجت و الله بما يعملون خبير
… Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Strata sosial seseorang sangat ditentukan oleh integritas ilmu  dan moral seseorang. Dengan ilmu dan iman, seseorang dapat kehormatan di dunia dan di akhirat.
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmania juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan dan pertumbuhan melalui proses demi proses kearah tujuan akhir dari perkembangan tersebut.
Beberapa ahli pendidikan barat yang memberikan arti pendidikan adalah :
Mortimer J. Adle mengartikan : Pendidikan adalah proses dimana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperolah) yang dapat mempengaruhi pembiasaan, disempurnakan dengan pembiasaan–pembiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik untuk mencapai tujuan.
Herman H. Horne berpendapat : Pendidikan harus dipandang sebagai suatu proses penyesuaian diri manusia secara timbal balik dan berinteraksi dengan alam sekitar, dengan sesama manusia.
William Mc Gucken, SJ. Seorang tokoh pendidikan katolik berpendapat, bahwa pendidikan diartikan oleh ahli scholastic, sebagai suatu perkembangan dan kelengkapan dari kemapuan manusia baik moral, intelektual, maupun jasmaniah yang diorganisasikan, dengan atau untuk kepentingan individu atau social untuk mencapai tujuan akhir.
Bila definisi yang telah disebut diatas dikaitkan dengan pendidikan Islam,akan kita ketahui bahwa pendidikan Islam lebih menekankan pada keseimbangan dan keserasian perkembangn hidup manusia.
Pendidikan Islam menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Toumy Al- Syaebani, diartikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam hidup pribadinya atau hidup kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar melalui proses kependidikan.
B.     TUGAS DAN FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM
Pada hakikatnya, pendidikan adalah proses yang berlangsung secara kontiniu dan berkesinambuangan. Berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi yang perlu di emban oleh Pendidikan Islam pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa tugas dan fungsi pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis mulai dari kandungan hingga akhir hayat.
Secara umum tugas pendidikan Islam adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal. Secara structural, pendidikan Islam menuntut adanya struktur organisasi yang mengatur jalannya proses pendidikan, baik dalam dimensi vertical maupun horizontal. Sementara secara institusional, ia mengandung implikasi bahwa proses pendidikan yang berjalan hendaknya dapat memenuhi kebutuhan dan mengikuti perkembangan zaman yang terus berkembang.
Bila dilihat secara operasional, fungsi pendidikan dapat dilihat dari dua bentuk, yaitu :
Alat untuk memelihara, memperluas, dan menghubungkan tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial,serata ide-ide masyarakat dan nasional.
Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan. Pada garis besarnya, upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan dan skill yang dimiliki, serta melatih tenaga manusia (peserta didik) yang produktif dalam menemukan perimbangan perubahan sosialekonomi yang demikian dinamis.
C.    DASAR DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM 
Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian muslim, maka pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar yang dijadikan landasan kerja. Dengan dasar ini akan memeberikan arah bagi pelaksanaan pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini, dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang menghantarkan peserta didik kearah pencapaian pendidikan. Oleh karena itu, dasar yang terpenting dari pendidikan Islam adalah Al-Qur’an dan hadist (Sunnah Rasulullah).
Dalam pendidikan Islam, Sunah Rasul mempunyai dua fungsi, yaitu :
Menjelaskan system pendidikan Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat didalamnya. 
Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasullullah bersama sahabat. Secara lebih luas, dasar pendidikan Islam menurut Sa’Id Ismail Ali sebagaimana dikutip langgulung terdiri dari 6 macam, yaitu; Al-Qur’an, sunnah,qaul al-shahabat, masail al mursalah.’urf, dan pemikiran hasil ijtihad intelektual Islam.
Dalam perumusan tujuan pendidikan Islam, paling tidak ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
Tujuan dan tugas manusia di muka bumi, baik secara vertical maupun horizontal.
Sifat-sifat dasar manusia.
Tuntutan masyarakat dan dinamika peradaban kemanusiaan.
Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam. 
Dalam aspek ini,ada 3 macam dimensi ideal Islam, yaitu ;
1.      Mengandung nilai yang berupaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia dibumi.
2.      Mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan yang baik.
3.      Mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan kehidupan dunia dan akhirat.
D.    PENGERTIAN PENDIDIK
Secara umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik baik potensi efektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Beberapa ahli pendidikan yang memberikan arti pendidik adalah :
Marimba mengartikan pendidik sebagai orang yang mempertanggung jawabkan sebagai pendidik, yaitu manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab tentang pendidikan peserta didik
Sutari Imam Barnadib mengemukakan bahwa pendidik adalah orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaan peserta didik
E.     TUGAS PENDIDIK MENURUT FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Dalam Islam tugas seorang pendidik dipandang sebagai sesuatu yang sangat mulia. Secara umum tugas pendidik adalah mendidik. Dalam operasionalnya mendidik merupakan rangakaian proses mengajar, memberikan dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan dsb. Disamping itu pendidikjuga bertugas sebagai fasilitator dan motivator dalam proses belajar mengajar, sehingga seluruh potensi peserta didik dapat teraktualisasi secara baik dan dinamis.
Menurut Ahmad D. Marimba, tugas pendidik dalam pendidikan Islam adalah membimbing dan mengenal kebutuhan atau kesanggupan peserta didik, menciptakan situasi yang kondusif bagi berlangsungnya proses kependidikan, menambah dan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki guna ditranformasikan kepada peserta didik, serta melihat kekurangan dan kelebihannya.
Ø  Tugas Pendidik secara umum :
Pada hakekatnya mengemban misi yang mengajak menusia untuk tunduk dan patuh pada hukum – hukum Allah, guna memperoleh keselamatan dunia dan akhirat.
Ø  Tugas Pendidik secara khusus :
Sebagai pengajar (intruksional) yang bertugas merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun, dan penilaian setelah program itu dilaksanakan.
Sebagai pendidik (edukator) yang mengarahkan peserta didik pada tinggakat kedewasaan yang berkepribadian insan kamil seiring dengan tujuan Allah menciptakan manusia.
Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin dan mengendalikan diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait, menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, partisipasi atas program yang dilakukan itu.
F.     KARAKTERISTIK PENDIDIK
Dalam pendidikan Islam, seorang pendidik hendaknya memiliki karakteristik yang dapat membedakannya dari yang lain. Dalam hal ini An-Nahlawi membagi karakteristik pendidik muslim kepada beberapa bentuk, diantaranya yaitu:
Bersifat ikhlas: melaksanakan tugasnya sebagaipendidik semata-mata untuk mencari keridhoan Allah dan menegakkan kebenaran.
1.      Mempunyai watak dan sifat rubbaniyah.
2.      Bersifat sabar dalam mengajar.
3.      Jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya.
4.      Mampu menggunakan metode mengajar yang bervariasi.
5.      Mampu mengelola kelas dan mengetahui psikis anak didik, tegas dan proposional.
6.      Sementara dalam kriteria yang sama Al-Abrasyi memberikan batasan tentang karakteristik pendidik, diantaranya :
7.      Seorang pendidik hendaknya memiliki sifat zuhud yaitu melaksanakan tugasnya bukan semata-mata karena materi akan tetapi lebih dari itu adalah karena mencari keridhaan Allah.
8.      Seorang pendidik hendaknya bersih fisiknya dari segala macam kotoran dan bersih jiwanya dari segala macam sifat tercela.
9.      Seorang pendidik hendaknya Ikhlas, tidak riya’, pemaaf, dan mencintai peserta didik juga mengatahui karakteristik anak didiknya.
G.    HAKEKAT PENDIDIK
Pada dasarnya seorang Pendidik adalah orang yang tergolong penting dalam pendidikan karena seorang pendidik adalah orang yang memberikan pendidikan kepada anak didiknya. Seorang pendidik adalah sujek dalam proses pendidikan dan pengajaran Islam. Jadi pada hakekatnya proses pendidikan tidak akan berjalan secara efisien tanpa adanya pendidik yang mampu menjadi sebenar – benarnya pendidik
1.      Peserta didik
Peserta didik salah satu komponen dalam sistim pendidikan Islam. Peserta didik itu sendiri secara formal yaitu orang yang sedang berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis, pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri dari seseorang peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik.
Ada pun menurut Syamsul Nizar ada 5 kriteria peserta didik yaitu:
Peserta didik bukan lah miniatur orang dewasa, sehingga menjadi tanggung jawab pendidik. Peserta didik memiliki periode sasi perkembangan dan pertumbuhan
Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individu baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada.
Peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani
Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis.
2.      Tugas dan kewajiban peserta didik 
Agar pelaksanaan proses pendidikan Islam dapat mencapai tujuan yang diinginkan maka setiap peserta didik hendaknya, senantiasa menyadari tugas dan kewajibannya.. Menurut Asma Hasan Fahmi tugas dan kewajiban yang harus dipenuhi peserta didik diantaranya adalah.
Peserta didik hendaknya senantiasa membersihkan hatinya sebelum menuntut ilmu. Tujuan belajar hendaknya ditujukan untuk menghiasi ruh dengan berbagai sifat keimanan. Setiap peserta didik wajib menghormati pendidiknya. Peserta didik hendaknya belajar secara bersungguh-sungguh dan tabah dalam belajar.
Kewajiban peserta didik diantaranya adalah: Sebelum belajar hendaknya terlebih dahulu membersihkan hatinya dari segala sifat buruk. Niat belajar hendaknya ditujukan untuk mengisi jiwa dengan berbagai fadillah.
Wajib bersungguh – sungguh dalam belajar, wajib saling mengasihi dan menyayangi diantara sesama, bergaul baik terhadap guru-gurunya.
3.      Sifat-sifat Ideal Peserta Didik
Dalam upaya mencapai tujuan Pendidikan Islam, peserta didik hendaknya memiliki dan menanamkan sifat-sifat yang baik dalam dari dan kepribadiannya. Diantara sifat-sifat ideal ynag perlu dimiliki peserta didik misalnya ; berkemauan keras atau pantang menyerah, memiliki motivasi yang tinggi, sabar, dan tabah, tidak mudah putus asa dan sebagainya.
Berkenaan dengan sifat ideal diatas, Imam Al-Ghazali, sebagaimana dikutip Fatahiyah Hasan Sulaiman, merumuskan sifat-sifat ideal yang patut dimiliki peserta didik yaitu ;
Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub ila Allah. Mempunyai ahklak yang baik dan meninggalkan yang buruk.
Mengurangi kecendrungan pada kehidupan duniawi disbanding ukhrawi dan sebaliknya. Bersifat tawadhu’ (rendah hati). Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan dan aliran. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji baik ilmu umum dan agama. Belajar secara bertahap atau berjenjang dengan melalui pelajaran yang mudah menuju pelajran yang sulit. Mempelajari ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih kepada ilmu yang lainnya.
Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat, membahagiakan, serta memeberi keselematan dunia dan akhirat.


No comments: