NAMA : BROJO HERMANTO
SEMESTER : V (LIMA)
JURUSAN : FILSAFAT AGAMA
MATAKULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN
HAKEKAT PENDIDIKAN DALAM FILSAFAT
PENDIDIKAN ISLAM
A.
HAKEKAT PENDIDIKAN
Sebelum lebih jauh membahas
persoalan hakekat pendidikan, maka dipandang perlu mengemukakan pengertian
pendidikan. Oleh beberapa pakar pendidikan telah memberikan pengertian
pendidikan: Hasan Langgulung misalnya mengatakan, pendidikan dalam pengertian
luas, suatu proses mengubah dan mentransfer nilai-nilai kebudayaan kepada
setiap individu dalam masyarakat. Sementara Soegondo mengatakan,
pendidikan adalah upaya sadar dan sengaja dari orang dewasa dengan menggunakan
sejumlah cara dan metode menanamkan kesadaran untuk bersikap obyektif dan penuh
tanggung jawab atas aktivitasnya.
Sekalipun redaksional berbeda,
namun subtansi dari tataran tantang pendidikan mempunyai titik temu. Korelasi
dari pendapat tersebut adalah bahwa dalam interaksi pendidikan, terdapat aktivitas
transfer ilmu dari satu orang kepada orang lain dengan menggunakan cara yang
utuh dan terencana. Sebab bila suatu interaksi pendidikan dilakukan tanpa
perencanaan yang maksimal, maka dapat dipastikan bahwa tidak dapat mencapai
hasil maksimal. Sehingga dalam dunia pendidikan dikenal adanya perenecanaan
yang matang dan sistimatis.
Dalam konferensi dunia tentang
pendidikan Islam pertama di Mekah tahun 1977 telah merekomendasikan pendidikan
Islam secara makro adalah suatu upaya menyatukan konsep tarbiyah, ta’l³m,dan ta’b³d. Sekalipun
penggunaan-penggunaan ketiga istilah tersebut masih terdapat silang pendapat.
Namun penggunaan istilah ta’b³d dalam dunia pendidikan
Islam dianggap paling tepat. Ta’b³d adalah istilah yang sangat
tepat dalam dunia pendidikan, sebab pada dasarnya pendidikan Islam bukan hanya
transformasi ilmu pengetahuan dan budaya, tapi lebih dari itu esensi dari
pendidikan Islam adalah penanaman nilai-nilai adab dan moral, serta perilaku
yang sportif dan bertanggung jawab pada individu Muslim yang pada akhirnya
bermuara pada peradaban Islam.
Pada prinsipnya Islam mengakui
pada diri manusia terdapat potensi untuk berbuat baik sekaligus berbuat jahat.
Sehingga Islam berusaha mengarahkan potensi tersebut dalam koridor
agama, usaha ke arah tersebut bukan hanya perpindahan sejumlah teori ilmu
pengetahuan, tapi lebih dari itu juga adalah penanaman nilai-nilai moral.
Sejalan dengan itu, hakekat pendidikan pada dasarnya adalah mewariskan
nilai-nilai Islami yang menjadi penuntun dalam melakoni aktivitasnya yang
sekaligus sarana untuk membentuk peradaban manusia.
Sebab pendidikanlah yang dapat
merobah peradaban manusia, tanpa usaha pendidikan. Diyakini bahwa manusia
dekade sekarang tidak akan merancang masa depan dengan baik. Secara ekstrim dapat
dikatakan bahwa maju mundurnya suatu masyarakat manusia, sangat ditentukan pada
berkualitas tidaknya pendidikannya. Pendidikan Islam yang memiliki corak
spesifik, maka pendidikan Islam pada hakekatnya berorientasi pada
nilai-nilai saences ilahiyah. Sehingga muatannya adalah
menggiring anak didik untuk lebih mengenal Tuhannya.
Manusia sebagai khalifah,
memang dituntut tanggung jawab moral untuk memiliki integritas pribadi sebagai
ciri mukmin yang berpendidikan. Dengan integritas pribadi yang tinggi, manusia
terdidik merasa terpanggil untuk berbuat lebih maksimal untuk memperbaiki taraf
hidupnya serta masyarakat di sekitarnya. Hal ini sangat beralasan, karena
orientasi pendidikan Islam adalah mengantarkan anak didik ke arah kehidupan
yang lebih baik.
Dengan demikian, maka
pendidikan dapat dipahami bahwa hakikat pendidikan Islam adalah penanaman
nilai-niali spritual. Sebab dengan pendidikan Islam, diharapkan lahir manusia
muslim yang berpengetahuan yang antara satu dengan lainnya saling membantu.
Dengan pendidikan Islam yang optimal dapat ditemukan keseimbangan dalam pribadi
muslim, sehingga antara satu dengan lainnya dapat mengetahui peran
masing-masing.
Sejalan dengan itu, M.Arifin
mengatakan bahwa hakikat pendidikan pada dasarnya adalah usaha transformasi
ilmu pengetahuan dan pembinaan orang dewasa beranak didik secara sadar dan
terencana, untuk mengarahkan anak didik dan mengembangkan kepribadian serta
kemampuan dasar anak dalam lembaga pendidikan, baik pendidikan formal maupun
non-formal.
Pendidikan Islam pada dasarnya
adalah upaya manusia yang terstruktur dan terencana, sehingga dapat membentuk
pribadi muslim yang berkualitas. Sejalan dengan itu pendidikan Islam tidak
hanya berorientasi pada aspek pengetahuan saja, tapi lebih dari itu aspek moral
dan religi juga menjadi prioritas utama hal ini sejalan dengan QS al-Muj±dalah
(50): 11
… يرفع الله الذين آمنوا منكم والذين أوتوا لعلم درجت و الله بما
يعملون خبير
… Allah akan mengangkat derajat orang-orang
yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa
derajat, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Strata sosial seseorang sangat
ditentukan oleh integritas ilmu dan moral seseorang. Dengan ilmu dan
iman, seseorang dapat kehormatan di dunia dan di akhirat.
Pendidikan
sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek
rohaniah dan jasmania juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena
kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan dan pertumbuhan
melalui proses demi proses kearah tujuan akhir dari perkembangan tersebut.
Beberapa
ahli pendidikan barat yang memberikan arti pendidikan adalah :
Mortimer
J. Adle mengartikan : Pendidikan adalah proses dimana semua kemampuan manusia
(bakat dan kemampuan yang diperolah) yang dapat mempengaruhi pembiasaan,
disempurnakan dengan pembiasaan–pembiasaan yang baik melalui sarana yang secara
artistik untuk mencapai tujuan.
Herman
H. Horne berpendapat : Pendidikan harus dipandang sebagai suatu proses
penyesuaian diri manusia secara timbal balik dan berinteraksi dengan alam
sekitar, dengan sesama manusia.
William
Mc Gucken, SJ. Seorang tokoh pendidikan katolik berpendapat, bahwa pendidikan
diartikan oleh ahli scholastic, sebagai suatu perkembangan dan kelengkapan dari
kemapuan manusia baik moral, intelektual, maupun jasmaniah yang
diorganisasikan, dengan atau untuk kepentingan individu atau social untuk
mencapai tujuan akhir.
Bila
definisi yang telah disebut diatas dikaitkan dengan pendidikan Islam,akan kita
ketahui bahwa pendidikan Islam lebih menekankan pada keseimbangan dan keserasian
perkembangn hidup manusia.
Pendidikan
Islam menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Toumy Al- Syaebani, diartikan sebagai
usaha mengubah tingkah laku individu dalam hidup pribadinya atau hidup
kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar melalui proses kependidikan.
Pada
hakikatnya, pendidikan adalah proses yang berlangsung secara kontiniu dan
berkesinambuangan. Berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi yang perlu di
emban oleh Pendidikan Islam pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung
sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa tugas dan fungsi pendidikan memiliki
sasaran pada peserta didik yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis
mulai dari kandungan hingga akhir hayat.
Secara
umum tugas pendidikan Islam adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai
titik kemampuan optimal. Secara structural, pendidikan Islam menuntut adanya
struktur organisasi yang mengatur jalannya proses pendidikan, baik dalam
dimensi vertical maupun horizontal. Sementara secara institusional, ia
mengandung implikasi bahwa proses pendidikan yang berjalan hendaknya dapat
memenuhi kebutuhan dan mengikuti perkembangan zaman yang terus berkembang.
Bila
dilihat secara operasional, fungsi pendidikan dapat dilihat dari dua bentuk,
yaitu :
Alat
untuk memelihara, memperluas, dan menghubungkan tingkat kebudayaan, nilai-nilai
tradisi dan sosial,serata ide-ide masyarakat dan nasional.
Alat
untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan. Pada garis besarnya,
upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan dan skill yang dimiliki,
serta melatih tenaga manusia (peserta didik) yang produktif dalam menemukan
perimbangan perubahan sosialekonomi yang demikian dinamis.
C.
DASAR
DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Sebagai
aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian muslim, maka
pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar yang dijadikan landasan kerja.
Dengan dasar ini akan memeberikan arah bagi pelaksanaan pendidikan yang telah
diprogramkan. Dalam konteks ini, dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam
hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang menghantarkan
peserta didik kearah pencapaian pendidikan. Oleh karena itu, dasar yang
terpenting dari pendidikan Islam adalah Al-Qur’an dan hadist (Sunnah
Rasulullah).
Dalam
pendidikan Islam, Sunah Rasul mempunyai dua fungsi, yaitu :
Menjelaskan
system pendidikan Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan menjelaskan hal-hal
yang tidak terdapat didalamnya.
Menyimpulkan
metode pendidikan dari kehidupan Rasullullah bersama sahabat. Secara lebih
luas, dasar pendidikan Islam menurut Sa’Id Ismail Ali sebagaimana dikutip
langgulung terdiri dari 6 macam, yaitu; Al-Qur’an, sunnah,qaul al-shahabat,
masail al mursalah.’urf, dan pemikiran hasil ijtihad intelektual Islam.
Dalam
perumusan tujuan pendidikan Islam, paling tidak ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu:
Tujuan
dan tugas manusia di muka bumi, baik secara vertical maupun horizontal.
Sifat-sifat
dasar manusia.
Tuntutan
masyarakat dan dinamika peradaban kemanusiaan.
Dimensi-dimensi
kehidupan ideal Islam.
Dalam
aspek ini,ada 3 macam dimensi ideal Islam, yaitu ;
1. Mengandung
nilai yang berupaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia dibumi.
2. Mengandung
nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan yang baik.
3. Mengandung
nilai yang dapat memadukan antara kepentingan kehidupan dunia dan akhirat.
D.
PENGERTIAN
PENDIDIK
Secara
umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik.
Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah
orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik baik potensi efektif,
kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Beberapa
ahli pendidikan yang memberikan arti pendidik adalah :
Marimba
mengartikan pendidik sebagai orang yang mempertanggung jawabkan sebagai
pendidik, yaitu manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggung
jawab tentang pendidikan peserta didik
Sutari
Imam Barnadib mengemukakan bahwa pendidik adalah orang yang dengan sengaja
mempengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaan peserta didik
E.
TUGAS
PENDIDIK MENURUT FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Dalam
Islam tugas seorang pendidik dipandang sebagai sesuatu yang sangat mulia.
Secara umum tugas pendidik adalah mendidik. Dalam operasionalnya mendidik
merupakan rangakaian proses mengajar, memberikan dorongan, memuji, menghukum,
memberi contoh, membiasakan dsb. Disamping itu pendidikjuga bertugas sebagai
fasilitator dan motivator dalam proses belajar mengajar, sehingga seluruh potensi
peserta didik dapat teraktualisasi secara baik dan dinamis.
Menurut
Ahmad D. Marimba, tugas pendidik dalam pendidikan Islam adalah membimbing dan
mengenal kebutuhan atau kesanggupan peserta didik, menciptakan situasi yang
kondusif bagi berlangsungnya proses kependidikan, menambah dan mengembangkan
pengetahuan yang dimiliki guna ditranformasikan kepada peserta didik, serta
melihat kekurangan dan kelebihannya.
Ø Tugas
Pendidik secara umum :
Pada
hakekatnya mengemban misi yang mengajak menusia untuk tunduk dan patuh pada
hukum – hukum Allah, guna memperoleh keselamatan dunia dan akhirat.
Ø Tugas
Pendidik secara khusus :
Sebagai
pengajar (intruksional) yang bertugas merencanakan program pengajaran dan
melaksanakan program yang telah disusun, dan penilaian setelah program itu
dilaksanakan.
Sebagai
pendidik (edukator) yang mengarahkan peserta didik pada tinggakat kedewasaan
yang berkepribadian insan kamil seiring dengan tujuan Allah menciptakan
manusia.
Sebagai
pemimpin (managerial) yang memimpin dan mengendalikan diri sendiri, peserta
didik dan masyarakat yang terkait, menyangkut upaya pengarahan, pengawasan,
pengorganisasian, pengontrolan, partisipasi atas program yang dilakukan itu.
F.
KARAKTERISTIK
PENDIDIK
Dalam
pendidikan Islam, seorang pendidik hendaknya memiliki karakteristik yang dapat
membedakannya dari yang lain. Dalam hal ini An-Nahlawi membagi karakteristik
pendidik muslim kepada beberapa bentuk, diantaranya yaitu:
Bersifat
ikhlas: melaksanakan tugasnya sebagaipendidik semata-mata untuk mencari
keridhoan Allah dan menegakkan kebenaran.
1. Mempunyai
watak dan sifat rubbaniyah.
2. Bersifat
sabar dalam mengajar.
3. Jujur
dalam menyampaikan apa yang diketahuinya.
4. Mampu
menggunakan metode mengajar yang bervariasi.
5. Mampu
mengelola kelas dan mengetahui psikis anak didik, tegas dan proposional.
6. Sementara
dalam kriteria yang sama Al-Abrasyi memberikan batasan tentang karakteristik
pendidik, diantaranya :
7. Seorang
pendidik hendaknya memiliki sifat zuhud yaitu melaksanakan tugasnya bukan
semata-mata karena materi akan tetapi lebih dari itu adalah karena mencari
keridhaan Allah.
8. Seorang
pendidik hendaknya bersih fisiknya dari segala macam kotoran dan bersih jiwanya
dari segala macam sifat tercela.
9. Seorang
pendidik hendaknya Ikhlas, tidak riya’, pemaaf, dan mencintai peserta didik
juga mengatahui karakteristik anak didiknya.
G.
HAKEKAT
PENDIDIK
Pada
dasarnya seorang Pendidik adalah orang yang tergolong penting dalam pendidikan
karena seorang pendidik adalah orang yang memberikan pendidikan kepada anak
didiknya. Seorang pendidik adalah sujek dalam proses pendidikan dan pengajaran
Islam. Jadi pada hakekatnya proses pendidikan tidak akan berjalan secara
efisien tanpa adanya pendidik yang mampu menjadi sebenar – benarnya pendidik
1. Peserta
didik
Peserta
didik salah satu komponen dalam sistim pendidikan Islam. Peserta didik itu
sendiri secara formal yaitu orang yang sedang berada pada fase pertumbuhan dan
perkembangan baik secara fisik maupun psikis, pertumbuhan dan perkembangan
merupakan ciri dari seseorang peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang
pendidik.
Ada
pun menurut Syamsul Nizar ada 5 kriteria peserta didik yaitu:
Peserta
didik bukan lah miniatur orang dewasa, sehingga menjadi tanggung jawab
pendidik. Peserta didik memiliki periode sasi perkembangan dan pertumbuhan
Peserta didik
adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individu baik disebabkan oleh
faktor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada.
Peserta didik
merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani
Peserta didik
adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat dikembangkan dan
berkembang secara dinamis.
2. Tugas
dan kewajiban peserta didik
Agar
pelaksanaan proses pendidikan Islam dapat mencapai tujuan yang diinginkan maka
setiap peserta didik hendaknya, senantiasa menyadari tugas dan kewajibannya.. Menurut
Asma Hasan Fahmi tugas dan kewajiban yang harus dipenuhi peserta didik
diantaranya adalah.
Peserta
didik hendaknya senantiasa membersihkan hatinya sebelum menuntut ilmu. Tujuan
belajar hendaknya ditujukan untuk menghiasi ruh dengan berbagai sifat keimanan.
Setiap peserta didik wajib menghormati pendidiknya. Peserta didik hendaknya
belajar secara bersungguh-sungguh dan tabah dalam belajar.
Kewajiban
peserta didik diantaranya adalah: Sebelum belajar hendaknya terlebih dahulu
membersihkan hatinya dari segala sifat buruk. Niat belajar hendaknya ditujukan
untuk mengisi jiwa dengan berbagai fadillah.
Wajib
bersungguh – sungguh dalam belajar, wajib saling mengasihi dan menyayangi
diantara sesama, bergaul baik terhadap guru-gurunya.
3. Sifat-sifat
Ideal Peserta Didik
Dalam
upaya mencapai tujuan Pendidikan Islam, peserta didik hendaknya memiliki dan
menanamkan sifat-sifat yang baik dalam dari dan kepribadiannya. Diantara
sifat-sifat ideal ynag perlu dimiliki peserta didik misalnya ; berkemauan keras
atau pantang menyerah, memiliki motivasi yang tinggi, sabar, dan tabah, tidak
mudah putus asa dan sebagainya.
Berkenaan
dengan sifat ideal diatas, Imam Al-Ghazali, sebagaimana dikutip Fatahiyah Hasan
Sulaiman, merumuskan sifat-sifat ideal yang patut dimiliki peserta didik yaitu
;
Belajar
dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub ila Allah. Mempunyai ahklak yang baik
dan meninggalkan yang buruk.
Mengurangi
kecendrungan pada kehidupan duniawi disbanding ukhrawi dan sebaliknya. Bersifat
tawadhu’ (rendah hati). Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan dan aliran. Mempelajari
ilmu-ilmu yang terpuji baik ilmu umum dan agama. Belajar secara bertahap atau
berjenjang dengan melalui pelajaran yang mudah menuju pelajran yang sulit. Mempelajari
ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih kepada ilmu yang lainnya.
Memahami
nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari Memprioritaskan ilmu
diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi
suatu ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat, membahagiakan, serta memeberi
keselematan dunia dan akhirat.
No comments:
Post a Comment